Kab. Puncak — Di tengah sunyi hutan dan sejuknya kabut pegunungan Papua, ada kisah yang tak tercatat oleh gemuruh media besar. Namun di balik senyap itu, para prajurit dari Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti menyulam kasih lewat aksi nyata. Melalui Pos Pintu Jawa, mereka kembali menunjukkan bahwa ketulusan dan kemanusiaan tidak mengenal batas — pun terhadap luka-luka kecil yang membebani langkah anak-anak kecil dari Kampung Wombru, Distrik Mage’abume, pada (28/07/2025).

Tiga anak kecil datang dengan langkah perlahan ke Pos Pelayanan Satgas Pintu Jawa. Wajah mereka menyimpan harap, sekaligus kepercayaan yang tak ternilai. Mereka adalah Deris, yang tumit mungilnya terluka karena terpeleset di jalanan berbatu; Devin, yang datang dengan keluhan gatal karena cuaca dan sanitasi; serta Rodi, yang luka pada sikunya menjadi saksi jatuh-bangun kehidupan di pedalaman.

Mereka tak datang sebagai pasien, tapi sebagai anak-anak negeri yang disambut dengan penuh kehangatan oleh para prajurit penjaga batas. Pelayanan kesehatan diberikan dengan tulus, penuh perhatian, dan sentuhan lembut yang jarang mereka temui di tempat lain. Luka-luka kecil mereka dibersihkan, diperban, dan diselingi canda tawa agar tangis tak sempat singgah.
Danpos Pintu Jawa, Letda Inf Risal, menuturkan,
“Kami percaya, menjaga Indonesia bukan hanya lewat senjata, tapi juga dengan merawat tawa anak-anak. Mereka adalah masa depan negeri ini. Pos kami akan selalu terbuka untuk siapa saja yang butuh uluran tangan, khususnya masyarakat sekitar yang belum terjangkau layanan medis.”
Pelayanan kesehatan yang dilakukan ini bukan hanya pengobatan biasa — tapi bentuk nyata kehadiran negara di tempat yang sering kali luput dari perhatian. Dan di balik perban, salep, dan senyum kecil yang muncul dari wajah Deris, Devin, dan Rodi, tersimpan sebuah harapan: bahwa negeri ini tetap utuh karena cinta dan kepedulian tumbuh di setiap jengkal tanahnya.
Karena di Wombru, luka bukan akhir dari cerita. Justru dari luka itu, lahir kisah tentang keberanian, tentang kasih sayang, dan tentang Indonesia yang tak pernah meninggalkan anak-anaknya.
Fachrully Nurfill