Gome, Kabupaten Puncak – Langkah kaki para prajurit Satgas Yonif 700/WYC melalui Pos Kodim Persiapan perlahan menapaki hamparan hijau Kampung Wako, Distrik Gome, Kabupaten Puncak. Di bawah komando langsung Danpos Koper, Letda Inf Herman K, mereka tak membawa senjata sebagai simbol kekuasaan, melainkan membawa niat tulus untuk menyatu dengan rakyat — lewat kegiatan komunikasi sosial (komsos) yang penuh makna, (28/7/2025).

Kegiatan komsos ini difokuskan kepada sosok penting di Kampung Wako, Pendeta Weki Tabuni, tokoh gereja yang dihormati dan suara hati masyarakat. Dalam suasana teduh dan penuh keterbukaan, Danpos dan para prajurit duduk bersila bersama warga, mendengarkan dengan seksama setiap keluhan dan harapan masyarakat — tentang keterbatasan pelayanan kesehatan, pendidikan, hingga keamanan desa yang kerap menjadi keresahan.

“Kami hadir bukan untuk menakuti, tapi untuk mendengarkan. Tugas kami menjaga, tetapi lebih dari itu, kami ingin merangkul,” ujar Letda Inf Herman K, menegaskan semangat Satgas dalam membangun kepercayaan dengan warga.
Kehangatan pertemuan itu tergambar jelas. Anak-anak kampung yang awalnya malu kini tersenyum lepas dalam dekapan ramah prajurit. Camilan dan bingkisan kecil dibagikan, bukan sebagai simbol kuasa, tapi sebagai bentuk kasih dan perhatian. Kegiatan sederhana ini menyulut senyum bahagia yang tak bisa dibeli oleh apa pun — kecuali oleh ketulusan.
Tak tinggal diam, Pendeta Weki Tabuni pun menyampaikan pendapatnya.
“TNI bukan lagi tamu di kampung kami, mereka sudah seperti keluarga. Kehadiran mereka membuat kami merasa aman dan diperhatikan. Ini bukti bahwa negara benar-benar hadir di tanah ini,” ungkap Pendeta Weki dengan nada syukur.
Satgas Yonif 700/WYC meyakini, bahwa damai di Papua tidak dibangun dengan kekuatan, tapi dengan kepercayaan. Dan itulah yang mereka tanam hari ini di Kampung Wako — sebuah jembatan batin antara aparat negara dan masyarakat akar rumput.
Kegiatan komsos ini bukan akhir, tapi awal dari pendekatan yang lebih manusiawi. Satgas terus melangkah, tidak hanya menjaga kedaulatan, tapi juga menanam harapan. Karena bagi mereka, Indonesia bukan hanya wilayah, tapi rumah besar yang harus dijaga dengan cinta dan pengabdian.
“Papua damai bukan sekadar harapan, tapi perjuangan bersama – antara rakyat dan prajurit yang hadir dengan hati.”
Agus Ridwanto